Rabu, 28 November 2012

Farmakologi: Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENDAHULUAN
            Infeksi saluran pernafasan atas(ISPA) termasuk flum, runitis akut, pilek adalah tipe infeksi saluran nafas atas yang paling sering ditemukan. Orang dewasa rata rata akan terserang flu dua sampai empat kali dalam setahun, dan anak anak rata rata empat sampai 12 kali pertahun. Insidennya bervariasi menurut musim, kira kira 50% dari penduduk akan mendapat penyakit seperti ini pada musim dingin dan 25% pada musim panas. Biasanya flu tidak dianggap sebagai penyakit yang berbahaya tetapi penyakit ini menyebabkan rasa tidak nyaman baik secara fisik maupun mental dan menyebabkan penderita tidak bekerja. Di Amerika serikat flu adalah suatu penyakit yang sangat mahal setiap tahun lebih dari 500 juta  dollarAmerika dihabiskan untuk membeli obat obat flu dan batuk yang diperjual belikan dengan bebas.

2.1.1  FLU DAN RINITIS AKUT
            Flu disebabkan oleh rinovirus dan terutama menyerang nasofaring.Rinitis akut(peradangan akut membran mukosa lambung) biasanya terjadi bersamaan flu. Rinitis akut tidak sama dengan rinitis alergik, sering disebut juga “hay fever”(demam jerami) yang disebabkan oleh serbuk atau substansi asing seperti partikel dari bulu binatang. Pada keduanya terjadi peningkatan sekresi nasal.
            Flu paling menular 1 sampai 4 hari sebelum onset(masa inkubasi) dan selama 3 hari pertama dari penyakit in. Transmisi biasanya lebih sering terjadi melalui sentuhan pada permukaan yang mengalami terkontaminasi dan menyentuh hidung atau mulut dari pada melalui droplet virus yang terhambur ketika bersin.
            Ada pepatah kuno yang mengatakan, Flu jika diobati akan sembuh dalam waktu satu minggu dan tanpa pengobatan sembuh dalam waktu 7 har. Cara cara umum seperti istirahat,sop mie ayam, minuman hangat(teh, alkohol,dan gula), vitamin C, (dalam perdebatan), mengadosis vitamin(kontroversial). Keempat golongan obat yang dipakai untuk mengatasi gejala flu adalah anvitamin(menghambat Hı), dekongestan (amin sipatomimetik), antitusif, ekspektoran, Obat obatan ini dapat dipakai secara tersendiri atau secara kombinasi.
            Gejala gejala flu mencangkup rinorea(sekret hidung yang berair ), hidung tersumbat batuk dan peningkatan sekresi mukosa. Jika terjadi infeksi bakteri skunder terhadap flu, bisa terjadi rinitis infeksidan sekret hidung menjadi kental, mukoid dan berwarna kuning atau kuning hijau. Sekret hidung ini akibat dari sel sel debris yang timbul sebagai produk samping peperangan tubuh melawan infeksi bakteri.

2.1.2 ANTIHISTAMIN
Antihistamin atau penghambat Hı, bersaing dengan histamin untuk menduduki respektor, sehingga menghambat respon histamin penghambat Hı juga disebut antagonis. Histamin ada 2 tipe reseptor histami, Hı dan H2, keduanya menyebabkan respons yang berbeda Bila Hı dirngsang maka otot otot yang melapisi rongga hidung akan berkontraksi pada perangsangan H2 terjadi peningkatan gastrik, yang menyebabkan terjadinya tukak lambung. Kedua tipe reseptor histaminini jangan dikacaukan satu dengan lainnya. Antihistamin mengurangi sekresi nasofaring dengan jalan menghambat reseptor Hı.
Sifat antikolinergik pada kebanyakan antihistamin menyebabkan mulut kering dan pengurangan sekresi, membuat zat ini berguna untuk mengobati rinitis yang ditimbulkan oleh flu. Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada hidung yang menyebakan penderita bersin. Banyak obat obat flu yang dapat dibeli bebas mengandung antihistamin,  yang dapat menimbulkan rasa mengantuk. Klien harus menyadari hal ini dan tidak mengendarai mobil atau menjalankan mesin yang bisa membahayakan jika mereka memakai obat yang mengandung antihistamin.
Antihistamin tidak berguna pada keadaan emergensi (gawat darurat) seperti anafilaksis Kebanyakan antihistamin akan diserap dengan cepat dalam waktu 15menit tetapi obat ini tidak cukup kuatuntuk mengatasi anafilaksis. Difenhidramin antihistamin(Benadryl) sudah dijual bertahun tahun , dan biasanya digabung dengan zat zat lain pemakaian utamanyaadalah untuk rinitis.Gambar 28-1 mencantumkan tingkah laku farmakologik dari difenhidramin.


ANTIHISTAMIN –HIFENHIDRAMIN
DIFENHIDRAMIN
(Benadryl)

KONTRAINDIKASI
INTERAKSI
Serangan asma akut, penyakit hati berat, penyakit saluran pernafasan bawah, neonatus. HATI-HATI bila diberi kan pada glaukoma sudut sempit, hipertrofi prostat jinak, kehamilan.
Alkohol, narkotik, hipnotik, barbiturat, anti koagulan oral

FARMAKODINAMIK
PO: Onset: 15-45 menit
P: 1-4 jam
L:4-8 jam
Im:Onset: 15-30 menit
P:1-4 jam
L: 4-7 jam
IV: Onset: segera
P: 0,5-1 jam, D: 4-7 jam

FARMAKOKINETIK
Absorpsi: PO: diabsorbsi baik
Distribusi: PP: 82%
Metabolisme: t1/2: 2-7 jam
Eliminasi: sebagai metabolit dalam urin






EFEK TERAPEUTIK
Mengobati rinitis alergik, rinitis(flu) ; mencegah mabuk kendaraan.

                                                      





EFEK SAMPING
rasa ngantuk, pusing, letih, mual, retensi urin, konstipasi, pandangan kabur, mulut dan tenggorokan kering, sekresi berkurang.

REAKSI YANG MERUGIKAN
Agranulositosis, anemia hemolitik, trombositopenia

                          










PROSES KEPERAWATAN


PENGKAJIAN DAN PERENCANAAN










INTERVENSI










EVALUASI




ANTIHISTAMIN UNTUK PENGOBATAN RINITIS
NAMA OBAT
DOSIS
PEMAKAIAN DAN PERTIMBANGAN
Antihistamin
Difenhidramin (benadryl)





Klorfeniramin maleat( Chlor – trimeton)




Fenotiasin
(Aksi antihistamin)
Prometazine
      (phenergan)

Trimeprazine
     (temari)


Turunan Piperazine
(Aksi  Antihistamin)
Hydroxyzine
      (Atarak)
D :PO: 25-50 mg, setiap 4-6 jam
D: PO,IM,IV: 5 mg/kg/h dalam 4   dosis terbagi,tidak lebih dari 300mg/hari
D: IM:IV:10-50 mg dosis tunggal


D: PO:2-4mg, setiap 4-6 jam
A: 6-12 thn. 2 mg, setiap 4-6 jam
A: 2-6 thn : PO, 1mg, setiap 4-6 jam



D: PO:IM: 12,5-25 MG, setiap 4-6 jam PRN (kalau perlu)

D: PO: 2,5 mg,q.i.d(4 kali sehari)
A:3-12thn:2,5,t.i.d (3 kali sehari)



D: PO: 25-100 mg, t.i.d.,q.i.d.
A: (<6 thn): 50 mg/hari dalam dosis terbagi
Untuk rinitis alergik,urtikaria; dan di pakai juga sebagai antitusif.lihat gambar 28-1.




Untuk alergi termasuk rinitis alergik






Untuk alergi , rinitis


Untuk alergi, rinitis





Untuk alergi dan cemas;untuk mencegah mual dan muntah.

FARMAKOKINETIK
Difrenhidamin dapat di berikan secara oral intramuskular, intravena. Zat ini mudah di absorbsi oleh usus, tetapi absorbsi sistematik dari pemberian topikal sangat kecil . Zat ini sangat mudah berikatan dengan protwein dan memiliki waktu paruh dari 2 sampai 7 jam Difenhidramin dimetabolisasi oleh hati dan dieksresi dalam urin.

FARMAKODINAMIK
Difehidramin menghambat efek histamin dengan menempati lokasi reseptor H1 zat  ini memiliki efek antikolinergik dan harus dihindari oleh klien yang menderita gaukoma sudut sempit . Rasa mengatuk adalah efek samping yang paling utama dan dipakai juga sebagai salah satu komponen adalah obat obat untuk membantu tidur.Obat ini juga dipakai sebagi antitusif (untuk batuk).
Difenhidramin dapat mengurangi efek antikoagulan oral dan dapat menekan sistem syaraf pusat bila diminum bersama alkohol, narkotik, hipnotik, atau barbiturat.
Mula kerjanya dapat timbul dalam 15 menit bila diberikan oral dan intramuskular  pada pemberian secara intreavena mula kerjanya segera lam kerja 4 sampai 8 jam.
Tabel 28-1 mencantumkan beberapa antihistamin atau agen agen yang mirip antihistamin yang berguna untuk mengobati rinitis

EFEK SAMPING DAN REAKSI YANG MERUGIKAN
Efek samping yang paling sering adalah rasa ngantuk, pusing , letih, dan gangguan koordinasi bisa juga timbul ruam kulit dan gejalagejala antikolinergik, seperti mulut kerinhg, retensi urin, pandangan kabur, dan mengi.

DEKONGESTAN HIDUNG DAN SISTEMIK
Hidung tersumbat yang disebabkan oleh dilatasi pembuluh darah hidung karena infeksi, peradangan, atau alergi. Dengan dilatasi ini terjadi transudasi cairan ke jaringan sekitar sehingga terjadi pembengkakan rongga hidung. Dekongestan hidung (aminsimpatomimetik merangsang reseptor adrenergik alfa, sehingga menghasilkan kontriksi vaskular(vasokontriksi) dari kapiler di dalam mukosa hidung dan pengurangan sekresi cairan hidung berair).
Dekongestan hidung bisa diberikan dalam bentuk semprotan, atau tetes hidung, tablet, kapsul atau cairan. Pemakaian dekongestan yang terlalu sering terutama seporotan atau tetes hidung dapat menimbulkan keadaan toleransi dan rebound nasal congestion (terjadi vasodilatasi dan bukan vasokontriksi seperti yang seharusnya). Fenomena ini disebabkan oleh iritasi mukosa hidung.
Dikongestan sistemik (agronis adrenergik alfa) tersedia dalam bentuk tablet , kapsul dan cairan atau sirup  dan terutama dipakai untuk rinitis alergik, termasuk demam jeremidan koriza akut (sekret hidung yang berlebihan 0 contoh dekongestan sistemik adalah efedrin , fenilpropanolamin, analgesik, fenilefin dan pseudoefredin. Agen agen ini setiap dikombinasikan dengan antihistamin,analgesik atau antitusif pada obat obat flu oral. Keuntungan kongesti sistemik yaitu dapat menghilangkan kongesti hidung  untuk waktu yang lebih lama dari pada dekongesti hidung tetapi sekarang ada dekongestan hidung yang waktu kerjanya panjang.Dekongestan hidung biasanya bekerja dengan cepat dan lebih sedikit menyebabkan efek samping dari pada dekongestan sistemik.Tabel 28-2 menjelaskan obat
obat dosis, dan pemakaian dan pertimbangan pemakaian dekongestan hidung dan sistemik.

EFEK SAMPING DAN REAKSI YANG MERUGIKAN
Seperti pada setiap obat adrenergik alfa tekanan darah dan kadar glukosadarah dapat meningkat pada pemakaian dekongestan Kontraindikasi pemakaian obat obat ini merupakan kontraindikasi pada penderita tekanan darah tinggi , penyakit jantung , hipertiroid dan diabetes militus.

ANTITUSIF
Antitusif bekerja pada pusat pengendali batuk di medula untuk menekan reflek batuk. Batuk adalah cara tubuh untuk mengeluarkan sekret atau material lain dari saluran nafas. Sakit leher bisa menyebekan batuk yang meningkat iritasi tenggorok . Jika batuk tidak produktif dan mengiritasi , boleh diberikan antitusif . Permen keras dapat menurunkan batuk yang konstan dan mengiritasi Dekstrometosan suatu antitusif nonnarkotik dipakai secara luas dan bebas untuk mengobati fluGambar 28-2 mendaftarkan data obat yang berkaitandengan dekstrometrofan.


ANTITUSIF: DEKSTROMETOFAN

HIDROBROMID DEKSTROMETROFAN
(Robitusin DM, Romilar, Sucrets, Pedicare
1.       Benylin DM)
                                                                                           


KONTRAINDIKASI
INTERAKSI
Penyakit paru paru Obstruktif (kronik (COPD), Batuk produktif kronik
Alkohol, narkotik, sedatif, hipnotik, barbiturat, anti depresan, penghambat MAO

FARMAKOKINETIK


FARMAKODINAMIK
Absorbsi: PO; absorbsinya cepat
Distribusi: IP: TD
Metabolisme: t½: TD
Eliminasi: TD, Urin
PO: Mula: 15-30 menit
WP:TD
LK:3-6 jam



                               
EFEK TERAPEUTIK
Menekan batuk yang tidak produktif




EFEK SAMPING

REAKSI YANG MERUGIKAN
Mual, pusing, rasa ngantuk
Belum diketahui
PROSES KEPERAWATAN




PENGKAJIAN DAN PERENCANAAN




INTERVENSI









EVALUASI

  

FARMAKOKINETIK
Dekstrometofan tersedia dalam bentuk sirup atau cairan, kapsul yang tidak dikunyah, dan pelega tenggorok. Nama dagangnya mencakup Robitusin DM, Romillar, PediacareI, FormulaContact Cold, Formula batuk Sucrets, dan banyak lainnya. Obat ini diabsorbsi dengan cepat. Presentase ikatan protein dan waktu paruhnya tidak diketahui, dekstrometofan dimetabolisasi oleh hati.

FARMAKODINAMIK
Dekstrometofan adalah suatu antitusif nonarkotik yang menekan pusat batuk di medula. Jika batuk berlangsung lebih dari 1 minggu dan ada demam atau ruam, harus berobat ke dokter. Klien yang memiliki penyakit sebelumnya harus segera mencari dokter. Depresi sistem saraf pusat dapat meningkat bila obat ditelan dengan alkohol, narkotik, sedatif hipnotik, barbiturat , atau antidepresi.
Onset kerja dekstrometofan relatif cepat dan lama kerjanya 3-6jam biasanya obat yang mengandung dekstrometrofandapat dipakai beberapa kali sehari.
Antitusif tergolong dalam 3 tipe nonarkotik, narkotik atau preparat kombinasi biasanya obat obat inidipakai dalam kombinasi dengan agen agen lain.

EKSPEKTORAN
Ekspektoran melunakan sekret bronkus sehingga dapat dihilangkan dengan batuk. Obat ini dapat di pakai dengan atau tanpa agen farmakologi lain. Ekspektoran di dapat padabanyak obat obat yang dijual bebas bersama sama dengan analgesik, antihistamin, dekongestan, dan antitusif. Ekspektoran yang sering dipakai untuk preparat seperti itu adalah guayafenesin . Hidrasi(banyak cairanmisalnya minum yang banyak ) adalah ekspektoran yang baik.Tabel 28-3 tercantum daftar data obat antitusif dan ekspektoran

SINUSITIS
Sinusitis adalah peradangan membran mukosa dari satu atau lebih sinus maksilaris,frontal,etmoidalis atau sfenoidalis.Dekongestan nasal atau sistemik merupakan indikasi Asetaminofen,cairan, dabn istirahat juga membantu untuk sinusitis akut atau berat, bisa diberikan antibiotik.


OBAT
DOSIS
PEMAKAIAN DAN PERTIMBANGAN
Efedrin





Fenilefrin
 (Neo-Synephrine,Sinex)




Fenilpropanolanmin
(Propadine, Dristan,Diemtapp)





Pseudoefedrin(Aktived,novafet,sudafed)




Oksimetazolin (Afrin)






Nafazolin(Provine)
D: PO: 25-50 mg, t.i.d.,q.i.d.





Larutan 0,25-1%





D:PO: 25-50 mg,t.i.d.,q.i.d.





D: PO:60 mg, setiap 4-6 jam



Semprot 0,05%, tetes






Semprot 0,05%
Obat bebas yang dapat dipakai tersendiri atau dalam kombinasi menyebabkan vasokontriksi selaput lendir hidung.

Untuk rinitis. Kurang kuat dibanding epinefrin. Dapat menyebabkan sakit kepaladan hipertensi yang sementara


Untuk rinitis bermacam macamkombinasi. Efek pada SSP tidak sebanyak efedrin


Untuk rinitis. Perangsangan pada SSP dan hipertensi tidak seberat efedrin


Dekongestan dengan masa kerja panjang, dipakai dua kali sehari, pagi dan sore hari. Dapat menyebabkan kongesti rebound


Dapat menyebabkan kongesti rebound, hipertensi yang sementara, bradikardi, dan aritmia yang lain







FARINGITIS AKUT
Faringitis akut (peradangan tenggorok, atau “sakit leher”) dapat disebabkan oleh virus atau oleh streptokokus beta hemolitik atau bakteri lain. Dapat timbul sendiri atau bersama flu dan rinitis atau sinusitisakut. Gejala mencakup kenaikan suhu tubuh dan batuk  Harus dilakukan biakan tenggorok untuk menyingkirkan infeksi streptokokus betahemolitikus. Obat kumur salin, tablet hisap, dan banyak minum biasanya banyak dianjurkan  Asitaminofen boleh diberikan jika ada peningkatan temperatur jika biakan tenggorok positif terhadap streptokokus betahemolitikus seringkali penderita diberi antibiotik selama 10hari Antibiotik tidak efektif untuk faringitis virus.

TONSILITIS AKUT
Tonsilitis akut adalah peradangan tonsil streptokokus adalah mikroorganisme penyebab yang umum. Gejala gejala mencakup sakit leher, nyeri menelan, menggigil, demam dan sakit otot. Biakan tenggorokan harus dilakukan untuk menentukan apakah organisme penyebabnya adalah streptokokus beta hemolitikus. Obat kumur salin meningkatkan jumlah cairan yang masuk dan antibiotik adalah tindakan pengobatan yang normal.

LARINGITIS AKUT
Pada laringitis akut edema pita suara menyebabkan suara serak dan kecil. Hal inio  bisa disebabkan oleh stres pemakain pita suara yang lebih atau infeksi pernafasan. Pemberian obat yang tidak banyak membant. Biasabnya perlu istirahat berbicara dan hentikan merokok.

Proses Keperawatan Flu
Pengkajian
·         Tentukan apakah penderita memiliki tekanan darah tingg, terutama jika dekongestan merupakan salah satu obatnya.
·         Periksa tanda tanda vital dasar suatu kenaikan suhu tubuhdari 37,2 ˚C(99˚F) sampai 38,3˚C(101˚F) bisa menunjukkan adanya flu yang disebabkan oleh infeksi virus.

Perencanaan
·         Flu klien akan berlangsung selama 7 hari infeksi skunder oleh bakteri tidak terjadi.

Intervensi keperawatan
·         Pantau tanda tanda vital tekanan darah bisa meningkat bila penderita diberi dekongesta. Bisa juga timbul aritmia
·         Amati warna sekret bronkus.Mukus kuning atau hijau menunjukkan adanya infeksi bronkus. Mungkin diperlukan antibiotik.
·         Berhati hati terhadap kodein untuk menentukan batuk yang menimbulkan toleransi dan ketergantungan fisik.

ANTITUSIF DAN EKSPEKTORAN
OBAT
DOSIS

PEMAKAIAN DAN PERTIMBANGAN
Antitusif narkotik
Kodein







Hidrokodon
     (hycodan)




Antitusif Nonnarkotik
Difenhidramin
       (benylin benadryl)

Dekstrometorfan
       (Romilar,sucrets)




Ekspektoran
Guaifenesin
      (Robitussin)





Kalium iodida





Gliserol iodin (lophen, organidin)

D: PO: 10-20 mg, setiap 4-6 jam







D: PO:5-10mg, setiap 6-8 jam
D:PO:0,6 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3-4, tidak melebihi 10 mg /dosis tunggal.


D:PO:25 mg,setiap 4-6 jam



D:PO:10-20 mg,setiap 4-6 jam
A(6-12 th):5-10 mg,setiap 4-6 jam
A(2-5 th): 2,5-5 mg, setiap 4-6 jam


D:PO:200-400 mg, setiap 4 jam
A(6-12 th):100-200 mg,setiap 4 jam
A(2-5th): 50-100 mg,setiap 4 jam


D:PO:0,3-0,6ml, setiap 4 jam


D: PO: 60 mg (tablet), q.i.d

Obat golongan II. Dapat menjadi golongan V jika dikombinasi dalam sirup obat batuk, Biasanya dicampur dengan antihistamin, dekongestan, dan atau ekspektoran

Seperti kodein





Mempunyai efek anti histami.Dan dapat menimbulkan rasa mengantuk dan mulut kering.
Menekan batuk.tidak menekan pernafasan tidak menimbulkan toleransi




Untuk batuk kering,tidak produktif,Dapat menyebabkan mual,muntah.Dapat dikombinasi dengan pereda flu yang lain.Diminum dengan banyak air untuk mncegah lendir.


Merangsang sekresi dan cairan bronkus. Hindari jika terdapat hiperkalemia. Dapat menimbulkan rasa mual dan muntah.
Sama seperti kalium iodida

Penyuluhan pada klien
·         Ajari klien untuk penggunaan semprotan hidung yang benar tarik nafas dengan satu semprotan jangan lebih dari satu atau dua semprotan, 4-6 kali sehari selama 5-7 hari bisa timbul kongesti rebound bila dipakai secara berlebihan.
·         Nasehati klien untuk membaca tabel obat obat yang dijual bebas dan memeriksakan kepada dokter sebelum memakai obat obat untuk meredakan flu terutama jika memakai obat obat lain atau jika klien menderita masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi atau hiipertiroidisme
·         Nasihatkan klien agar tidak mengendarai kendaraan jika salah satu kandungan obat flu merupakan antihistamin. rasa mengantuk sering terjadi
·         Beritahu klien untuk menjaga masukan cairan dalam jumlah yang cukup cairan akan mengencerkan sekresi bronkus sehingga mudah dikeluarkan dengan batuk
·         Beritahu klien untuk tidak memakai obat flu menjelang atau pada jam tidur insomnia dapat terjadi jika obat mengandung dekongestan
·         Beritahu klien untuk minum larutan kalium jodida jenuh (SSKI = Saturated Solution Of Potassium Iodide) dalambentuk cairan yang diencerkan dengan menggunakan sedotan supaya tidak menodai email gigi
·         Anjurkan klien untuk mendapat istitirahat yang cukup.

Evaluasi
Evaluasi efektifitas terapi obat. Pastikan bahwa klien bewbas dari gejal gejala flu, mendapatkan masukan cairan dan istirahat yang cukup dan tidak demam.

  
2. OBAT-OBAT UNTUK GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN BAWAH

PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronik (COPD) dan penyakit paru restriktif adalah dua kategori utama dari penyakit saluran pernafasan bawah. COPD disebabkan oleh obstruksi saluran nafas karena meningkatnya tahanan aliran udara ke jaringan paru. Pada penyakit paru restriktif terjadi pengurangan kapasitas paru total yang disebabkan oleh adanya akumulasi cairan atau hilangnya kelenturan paru. Edema pulmonar, fibrosis pulmonar, pneumonitis, toumor paru, krlainan vertebra toraks (skoliosis), dan gangguan yang menyerang otot dinding toraks seperti miastenia grafis adalah tipe dan penyebab dari penyakit pulmonar restriktif.
Obat –obat yang dibahas dalam bab ini terutama untuk mengobati COPD, terutama asma. Obaot –obat ini mencakup bronkodilator (simpatomimetik [terutama agonis beta2-adrenergik], metilsatin [santin]), glukokortikoid, kromolin, antikolinergik, dan mukolitik. Beberapa obat –obat ini bisa juga dipakai untuk mengobati penyakit paru –paru restriktif.

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (COPD)
COPD mencakup empat penyakit paru utama : (1) asma, (2) bronkitis kronik, (3) emfisema, dan (4) bronkiektasis. Asma bronkial dicirikan oleh adanya bronkospasme (penyempitan) bronkiolus), mengi dan dispnea. Terjadi tahanan pada pada udara karena obstruksi jalan nafas. Baik pada asma akut maupun kronik yang berada dalam keadaan remisi hanya akan ditemukan sedikit sekali perubahan struktur dan fungsi jaringan paru. Pada bronkitis kronik, emfisema, dan bronkiektasis terjadi kerusakan ireversibel yang permanen pada struktur fisik jaringan paru. Pada umumnya terjadi deteriosasi (penyimpangan) yang terus menerus yang berlangsung selama bertahun-tehun.
Bronkitis kronik adalah penyakit paru progresif yang disebakan oleh merokok, atau infeksi paru kronik. Peradangan bronkial dan sekresi mukus yang berlebihan menyebabkan obstruksi saluran napas. Batuk produktif  adalah mekanisme respons untuk mengeluarkan kelebihan produk mukus dan iritasi bronkial kronik. Ronki pada saat inspirasi maupun ekspirasi akan terdengar pada pemeriksaan auskultasi. Hiperkapnia (peningkatan retensi karbondioksida) dan hipoksemia (penurunan oksigen darah) menyebabkan asidosis respiratori.
Pada bronkiektasis terjadi dilatasi abnormal dari bronkus dan bronkiolus sekunder terhadap infeksi dan peradangan yang terjadi berulang-ulang. Bronkiolus tersumbat karena pecahan epitel dari mukosa bronkus. Bisa terjadi jaringan fibrosis.
Emfisema adalah penyakit paru progresif yang disebabkan oleh merokok, kontaminan atmosfir, atau kekurangan protein alfa1-an-tiripsin yang menghambat enzim  proteolitik dilepaskan dalam paru oleh sel – sel fagosit atau bakteria. Bronkiolus terminal tersumbat oleh mukus, menyebabkan hilangnya jaringan elastin dan serat dalam alveoli. Dengan banyaknya dindikng alveoli yang rusak alveoli akan membesar. Udara terperangkap di dalam alveoli yang membesar, mengarah pada pertukaran gas (O2 dan CO2)yang tidak adekuat.

ASMA BRONKIAL
            Asma Bronkial adalah penyakit paru obstruktif kronik yang ditandai oleh periode bronkospasme yang menimbulkan penderita sukar bernafas dan mengi. Bronkospasme, atau bronkokonstriksi, terjadi ketika jaringan paru terpajan oleh faktor ekstrinsik dan intrinsik yang merangsang respons bronkokonstriktif. Faktor –faktor yang merangsang serangan asma (bronkospasme) mencakup kelembaban, perubahan tekanan udara, perubahan temperatur, asap, uap (debu asap, parfum), kekecewaan emosi, dan alergi terhadap partikel dari bulu binatang, makanan, dan obat – obatan sepertiaspirin, indometasin, dan ibuprofen.
            Sel- sel mast, yang ditemukan dalam jaringan penunjang di seluruh tubuh, secara langsung terlibat dalam respons asmatik, terutama terhadap faktor ekstrinsik. Sel-sel mast merangsang pelepasan mediator kimiawi seperti histamin, serotonin, ECF-A (faktoreosinofil kemotaktik dari anafilaksis), dan leukotrien. Histamin dan ECF-A merupakan bronkokonstriktor kuat. Otot polos bronkial dilapisi secara spiral sekeliling bronkiolus, dan bronkiolus berkontrksi ketika dirangsang oleh mediator ini.
            Siklik monofosfat adenosin (siklik AMP, atau cAMP) suatu substan selular, terlibat dalam banyak aktivitas selular dan bertanggung jawab untuk mempertahankan bronkodilatasi. Ketika histamin, ECF-A, dan leukotrien menghambat kerja cAMP, terjadilah bronkokonstriksi. Bronkodilator simpatometik (adrenergik) dan metilxantin meningkatkan jumlah cAMP dalam sel –sel jaringan bronkial.
            Pada suatu serangan asma akut, simpatomimetik (agonis beta-adrenergik) adalah pertahan pertama. Zat ini mempromosikan produksi cAMP dan meningkatkan bronkodilatasi.




LINGKUNGAN
POLUTAN
SUBTANSI ALERGIK
OBAT-OBAT
Eksternal
Internal
Kelembaban
Emosi
Asap
Makanan
Aspirin
Perubahan tekanan udara
Stres
Polusi udara (mobil, industri)


Parfum
Partikel bulu hewan

Tanaman, pohon

NSAID(ibuprofen)
Perubahan temperatur


Bunga-bunga

Kerja




  


                                                               
Merangsang pelepasan dari :
·         Mediator kimiawi

(Histamin, serotonin, faktor
Kemotaktik eosinofil dari anafilaksis
[ECF-A], leukotrien)

                                                                                Bronkokontriksi (penyempitan bronkioli)
                                                                                Edema bronkial, sekresi bronkial meningkat
(FAKTOR-FAKTOR YANG TURUT MENYEBABKAN BRONKOKONSTRIKSI)


BRONKODILATOR ADRENERGIK-BETA2 : METAPROTERENOL

SIMPATOMIMETIK : AGONIS ALFA- DAN BETA2-ADRENERGIK
            Simpatomimetik meningkatkan siklik AMP, menyebabkan dilatasi bronkiolus. Pada akut bronkospasme karena anafilaksis dari reaksi alergi, epinefrin simpatomimetik nonselektif (Adrenalin), yang merupakan agonis alfa, beta1 dan beta2, diberikan secara subkutan untuk meningktakan bronkodilatasi dan menngkatkan tekanan darah. epinefrin diberikan dalam keadaan gawat darurat untuk memulihkan sirkulasi dan meningkatkat kelancaran (patennya/terbukanya) saluran udara
            Untuk bronkospasme yang berhubungan dengan asma menahun atau COPD, agonis beta2-adrenergik selektif diberikan melalui aerosol atau dengan tablet. Obat-obat ini terutama bekerja pada reseptor beta2; karena itu, efek sampingnya kurang berat dibandingkan dengan epinefrin, yang bekerja pada reseptor alfa, beta1 dan beta2.
            Agen beta-adrenergik pertama yang dipakai untuk bronkospasme adalah isoproterenol (isuprel), yang mulai diperkenalkan pada tahun 1941. Obat ini tidak memiliki sifat agonis alfa, tetapi merupakan suatu agonis beta non selektif karena obat ini merangsang baik reseptor beta1 maupun beta2. Karena reseptor beta1 terangsang, denyut jantung meningkat dan bisa terjadi takikardia. Perangsangan beta2 meningkatkan bronkodilatator. Isoproterenol tidak bisa diberikan secara oral karena zat ini dimetabolisasi dalam saluran pencernaan. Bisa diberikan secar sublingual (dibawah lidah), melalui inhalasi menggunakan inhaler atau nebuliser aerosol, atau intravena untuk serangan asma berat. Lama kerjanya pendek.
            Agen beta-adrenergik kedua adalah metaproterenol (Alupent, Metaprei), yang pertama kali dipasarkan pada tahun 1961. Zat ini memiliki sedikit efek beta1, tetapi terutama di pakai sebagai agen beta2. Obat ini dapat di berikan secara oral atau melalui inhalasi dengan inhaler atau nebulizer.
FARMAKOKINETIK
            Metaproterenol diabsorpsi dengan baik pada saluran gastrointestinal. Persentase ikatan protein dan waktu paruhnya tidak diketahui. Dimetabolisasi oleh hati dan dikeluarkan dalam air kemih.
FARMAKODINAMIK
            Metaproterol membalikkan keadaan bronkospasme dengan merelaksasikan otot polos bronkial. Oini bekerja pada reseptor beta2 meningkatkan timbulnya bronkodilatasi dan meningkatkan siklik Amp. Karena memiliki sedikit sifat beta1, zat ini dapat juga menimbulkan tremor, kecemasan , jantung berdebarbar, dan peningkatan denyut jantung bila diberikan dalam dosis besar. Ada beberapa interaksi obat yang perlu dipertimbangkan. Jika metaproterenol di minum dengan betaadrenergik bloker, efeknya berkurang. Agen-agen simpatometik lainnya meningkatkan efek metaproterenol.
            Awitan kerja untuk oral dan inhalasi metaproterenol adalah cepat dan lama kerjanya pendek. Pemakaian yang berlebihan dari obat ini melalui inhalasi dapat menimbulkan keadaan toleransi dan bronkokonstriksi paradoks.
            Obat-obat beta-adrenergik untuk asma yang terbaru adalah lebih selektif terhadap reseptor beta2. Dosis tinggi atau pemakaian yang berlebihan dari agen beta2-adrenergik untuk asma bisa menimbulkan respons beta1 seperti kecemasan, tremor, dan peningkatan denyut jantung. Agonis beta2 yang ideal adalh yang memiliki awitan kerja yang cepat, lama kerjanya yang panjang, dan sedikit efek samping. Albuterol (proventil, Ventolin) adlah obat beta2 selektif yang efektif untuk mengobati dan mengontrol asma dengan meniombulkan bronkodilatasi.
Pemakaian Inhaler Aerosol
Jika agonis beta2 diberikan dengan inhaler yang memiliki ukuran dosis, perlu dijelaskan pada klien cara pemakaian inhaler yang benar dan dosis intervalnya.  Metoda pemakaian inhaler yang benar adalah sebagai berikut :
1.      Masukkan tabung obat ke dalam tabung plastik pemegang
2.      Kocok inhaler sebelum dipakai. Lepaskan tutup dari bagian yang akan dimasukkan ke mulut
3.      Keluarkan napas dari mulut, pegang inhaler tegak tegak ke atas
4.      Bibir diusahakan untuk tetap mengelilingi bagian mulut dan tarik napas. Sewaktu menarik napas, tekan tabung obat sekali
5.      Tahan napas selama beberapa detik, keluarkan tabung dari mulut, dan keluarkan napas perlahan-lahan
6.      Jika diperlukan dosis kedua, tunggu 2 menit dan ulang prosedur dengan terlebih dahulu mengocok tabung obat yang berada dalam tabung plastik pemegang dengan penutup terpasang
7.      Bersihkan bagian mulut. Jika inhaler tidak dipakai belakangan ini attau untuk pertama kali dipakai, “uji semprot” dulu sebelum melakukan pemberian dosis berukur
8.      Jika inhalant glukokortikoid akan digunakan bersama-sama dengan bronkodilator, tunggu selama 5 menit sebelum memakai inhaler yang mengandung steroid agar tersedia cukup waktu untuk bronkodilator dapat bekerja.
     Pemakaian obat aerosol yang berlebihan dapat menyebabkan toleransi dan hilangnya efektifitas obat. Kadang-kandang, klien akan mengalami resistensi saluran udara paradoks bronkokonstriksi) pada pemakaian preparat inhalasi oral yang berulang dan berlebihan. Pemberian dosis yang sering dapat menyebabkan tremor, gugp, dan meningkatnya denyut jantung.
EFEK SAMPING OBAT DAN REAKSI YANG MERUGIKAN
EPINEFRIN
Efek samping dan reaksi yang merugikan dari epinefrin mencakup tremor, hipertensi, takikardia, jantung berdebar, disaritmia, dan angina. Klien harus diawasi (pantau) dengan hati-hati bila diberi epinefrin.
BETA2-ADRENERGIK
Efek samping yang berkaitan dengan obat beta2 (albuterol, terbutalin) mencakup tremor, sakit kepala, kecepasan meningkatnya denyut jangtung, berdebar (dosis tinggi), dan sedikkit menurunkan tekanan darah. agonis beta2 dapat meningkatkan kadar gula darah; penderita diabetes yang memakai obat agonis beta2 harus diajarkan untuk memantau kadar gula serumnya secara cermat. Efek samping agonis beta2 dapat hilang setelah satu minggu atau lebih. Efek bronkodilatasinya dapat berkurang bila dipakai terus –menerus. Bisa juga terjadi toleransi terhadap obat ini; jika keadaan ini timbul, dosisnya mungkin perlu ditingkatkan. Gagalnya berespons terhadap dosis efektif sebelumnya bisa menunjukkan penumpukan asma, perlu dievaluasi ulang sebelum dosis ditinggatkan.
SIMPATOMIMETIK : BRONKODILATOR ADRENERGIK
OBAT
DOSIS
PEMAKAIAN DAN PERTIMBANGAN
Epinefrin (Adrenalin, Primatene Mist, Bronkaid Mist)



Bronkodilator Adrenergik – Beta Oral dan Hidung
Isoproterenol (Isuprel)





Metaproterenol (Alupent, Metaprel)




Isoetarin (Bronkosol)






Terbutaline (Brethine Bricanyl)





Albuterol (Proventil, Ventoline)

D: SK: 0,1 – 0,5 mg atau mL dari lar 1:1000
A: SK: 0,01 mg atau mL dari lar 1:1000
Inhal: 1-2 semprotan dari 1:100



1-2 inhalasi
D: SL: 10 - 20 mg setiap 6 – 8 jam
A: SL: 5 – 10 mg setiap 6 – 8 jam

1 – 2 inhalasi
D: PO: 20 mg , t.i.d. q.i.d.




1 – 2 inhalasi






1 – 2 inhalasi
D: PO: 2,5 – 5 mg, t.i.d.
D: SK: 0,25 – 0,5 mg




1 – 2 inhalasi
D: PO: 2 – 4 mg, t.i.d. atau q.i.d.;
Maksimum 8 mg, q.i.d.
Untuk bronkokonstriksi. Akut obat adrenergik non selektif (alfa, beta1, beta2). Sering dipakai sebagai nebulizer.




Untuk bronkokonstriksi. Nonselektif – beta1 dan beta2. Efek beta1 menyebabkan denyut jantung meningkat.

Untuk bronkokonstriksi. Kebanyakan efek beta2 dan sebagian beta1. Mula kerja cepat (1 – 5 menit); masa kerja singkat (4 jam)

Untuk bronkokonstriksi. Kebanyakan efek beta2 dengan efek beta1 yang ringan. Mula kerja cepat (1 – 6 menit); masa kerja singkat 1 – 3 jam.

Untuk bronkokonstriksi. Kebanyakan efek beta2 dengan beta1 yang ringan. Mula kerja lambat (5 – 30 menit); masa kerja panjang (3 – 6 jam)

Untuk bronkokonstriksi. Efek beta2. Mula kerja lambat (15 menit); masa kerja panjang (3 – 6 jam)

DERIVAT METILXANTIN (XANTIN)
            Xantin adalah golongan bronkodilatator yang dipakai untuk asma, yang mencakup teofilin, aminofilin, dan kafein. Xantin juga merangsang sistem saraf pusat dan pernapasan, mendilatasi pembuluh pulmonar dan koronaria, dan menyebabkan diuresis. Karena efeknya terhadap respirasi dan pembuluh pulmonar, maka Xantin dipakai untuk mengobati asma.
            Preparat pertama yang diproduksi adalah aminofilin pada tahun 1936. Aminofilin masih merupakan obat terpilih untuk mengobati asma akut bila diberikan dalam bentuk intravena. Larutannya mengandung 85% teofilin. Teofilin merelaksasikan otot polos bronkus, bronkiolus, dan pembuluh darah pulmoner dengan cara menghambat enzim fosfodiesterase, menyebabkan peningkatan siklik AMP, yang menimbulkan bronkodilatasi.
            Teofilin memiliki indeks terapeutik yang rendah dan kadar terapeutik yang sempit, yaitu 10 sampai 20 mikrogram/mL. Kadar teofilin dalam serum atau plasma harus dipantau dengan berulang untuk menghindari efek samping yang berat. Toksisitas mungkin akan timbul apabila kadarnya lebih besar dari 20 mikrogram/mL. Preparat teofilin tertentu dapat diberikan dengan agen simpatomimetik (adrenergik), tetapi dosisnya perlu disesuaikan.
FARMAKOKINETIK
            Teofilin biasanya diabsorpsi dengan baik setelah diberikan secara oral, tetapi absorpsi dapat bervariasi sesuai dengan bentuk dosis. Teofilin juga diabsorpsi dengan baik dalam bentuk cairan yang diminum dan tablet polos yang tidak disalut gula. Bentuk dosis yang dilepas perlahan-lahan akan diabsorpsi dengan lambat. Makanan dan antasida dapat menurunkan tingkat absorpsi, tetapi bukan jumlahnya, sedangkan cairan dalam jumlah besar dan makanan berprotein tinggi dapat meningkatkan absorpsi. Tingkat absorpsi juga dapat dipengaruhi oleh ukuran dosis, dosis besar diabsorpsi lebih lambat. Teofilin dapat diberikan secara intravena dalam cairan IV.
            Obat-obat teofilin dimetabolisasi oleh enzim hati dan 90% dari obat ini dikeluarkan melalui ginjal. Merokok dapat meningkatkan metabolisasi teofilin, sehingga mengurangi waktu paruhnya. Waktu paruh akan menjadi lebih pendek pada perokok dan anak-anak. Dengan waktu paruh yang pendek, teofilin segera dikeluarkan oleh ginjal, dan dosis obat mungkin perlu ditingkatkan untuk mempertahankan kadar terapeutik dalam serum. Pada perokok atau orang tua, bayi prematur, dan klien dengan penyakit hati, rata-rata waktu paruh teofilin adalah 7 sampai 9 jam, dan dosis yang diperlukan mungkin berkurang. Pada perokok dan anak-anak, waktu paruhnya adalah 4 sampai 5 jam dan dosis yang diperlukan bisa meningkat.
FARMAKODINAMIK
            Teofilin meningkatkan kadar siklik AMP, menyebabkan terjadinya bronkodilatasi. Waktu rata-rata yang diperlukan sampai terjadi onset kerja untuk teofilin oral adalah 30 menit, sedangkan untuk kapsul yang pelepasannya dihambat adalah 8 sampai 24 jam, dan untuk teofilin oral dan intravena, kira-kira 6 jam.

BRONKODILATOR :TEOFILIN

































PREPARAT-PREPARAT TEOFILIN
OBAT
DOSIS
PEMAKAIAN DAN PERTIMBANGAN
Aminofilin






Teofilin (theo Dur, Quibron, Slo-thyllin, Ellikopilin)






Okstrifillin (choledyel)

Difillin (dyline, Dilor, Lufylilin)

D:IV:dosis pembebanan 6 mg/kg
PO:200-300 mg, setiap 6-8 jam





D:PO:100-200 mg, setiap 6-12 jam, atau 1-3 mg/kg, setiap 8 jam, dosis individual
A:PO:50-1—mg, setiap 6-12 jam





D:PO:200 mg, q.i.d. atau setiap 6 jam
A (6-12 th): 4mg/kg, setiap 6 jam

D:PO:200-800 mg, q.i.d. atau setiap 6 jam
IV untuk serangan asma akut. Untuk pemakaian IV, obat harus diencerkan. Preparat oralnya adalah tablet atau eliksir. Lihat teks untuk efek sampingnya.

Untuk asma. Obat tersedia dalam bentuk tablet, tablet timed-release, cairan, eleksir, suspensi, dan dalam kombinasi dengan obat-obat lain. Pantau kadar teofilin serum. Lihat teks untuk efek sampingnya.

Untuk asma dan COPD


Untuk asma dan COPD

EFEK SAMPING DAN REAKSI YANG MERUGIKAN
            Efek samping dan reaksi yang merugikan mencakup mual dan muntah, nyeri lambung karena peningkatan sekresi asam lambung, perdarahan usus, disritmia jantung, palpitasi (berdebar), hipotensi berat, hiperrefleks, dan kejang. Keracunan teofilin kemungkinan besar akan terjadi apabila kadarnya dalam serum melampaui 20 mikrogram/mL. Teofilin dapat menyebabkan hiperglikemia, menurunkan waktu pembekuan darah, dan meningkatkan jumlah sel darah putih (lekositosis). Karena efek diuretik Xantin termasuk teofilin, klien harus dinasihati untuk tidak minum kopi, teh, minuman semacam koka-kola, dan coklat serta harus banyak minum air.
INTERAKSI OBAT
            Beta bloker, simetidin (Tagamet), propanolol (Inderal) dan eritromisin menurunkan metabolisma hati dan meningkatkan waktu paruh dan efek teofilin sedangkan barbiturat dan karbamazepin menurunkan efeknya. Pada masing-masing keadaan dosis teofilin harus disesuaikan. Teofilin meningkatkan kerja digitalis, dan menurunkan kerja fenitoin (Dilantin) dan litium.

GLUKOKORTIKOID (STEROID)
            Glukokortiroid adalah anggota keluarga kortikosteroid, dipakai untuk mengobati banyak gangguan pernapasan terutama asma. Obat-obat ini mempunyai khasiat antiinflamasi dan diindikasikan jika asma tidak responsif terhadap terapi bronkodilator. Efek sampingnya signifikan pada pemakaian jangka panjang yang berupa retensi cairan, hiperglikemi, dan terganggunya respon sistem imun. Diperkirakan glukokortikoid mempunyai efek sinergistik jika diberikan bersama dengan agonis beta2. Anggota dari kelompok obat ini beklometason (Vanceril, Beclovent), triamsinolon (Amcort, Aristocort), deksametason (Decadron), hidrokortison, dan prednison. Obat-obat ini dapat diberikan dengan inhaler aerosol (beklometason) atau dalam bentuk tablet (triamsinolon, deksametason, prednison) atau dalam bentuk injeksi (deksametason, hidrokortison).
            Obat-obat ini dapat mengiritasi selaput lendir lambung dan harus dimakan bersama makanan untuk menghindari terbentuknya tukak. Jika ingin menghentikan glukokortikoid, dosis harus diturunkan secara bertahap dengan perlahan-lahan untuk mencegah insufisiensi adrenal. Dosis tunggal biasanya tidak menimbulkan supresi adrenal. Pemakaian inhaler oral mengurangi resiko terjadinya supresi adrenalnyang berkaitan dengan terapi glukokortikoid sistemik oral.
EFEK SAMPING DAN EFEK YANG MERUGIKAN
            Efek samping akibat inhaler oral umumnya lebih bersifat lokal daripada sistemik (iritasi tenggorokan, serak, mulut kering, dan batuk). Infeksi jamur pada mulut, laring, dan faring dapat terjadi tetapi bersifat reversibel dengan penghentian obat dan pengobatan antijamur.
            Glukokortokoid oral dan injeksi mempunyai banyak efek samping, yaitu retensi cairan (kelopak mata sembab, edema pada anggota gerak bawah, moon face, dan bertambahnya berat badan), menipisnya kulit, purpura, distribusi subkutan (lemak) yang abnormal, dan meningkatnya gula darah.

NATRIUM KROMOLIN
            Natrium kromolin (Intal) dipakai untuk pengobatan pencegahan pada asma bronkial. Obat ini tidak dipakai untuk serangan asma akut. Kromolin tidak mempunyai khasiat bronkodilator atau antiinflamasi tetapi bekerja dengan menghambat pelepasan histamin. Metode pemberiannya adalah inhalasi. Obat ini dapat dipakai bersama dengan adrenergik beta dan derivat xantin. Bronkospasme rebound merupakan efek samping yang serius dari kromolin. Obat ini tidak boleh dihentikan dengan mendadak karena dapat menimbulkan serangan asma.

ANTIKOLINERGIK
            Agonis adrenergik beta dan metilsantin telah menggantikan posisi obat-obat antikolinergik dalam pengobatan asma. Belakangan ini obat antikolinergik baru telah diperkenalkan, yaitu ipratropium bromida (Atrovent), untuk mengobati keadaan asma dengan melonggarkan bronkioli. Tidak seperti antikolinergik yang lain, efek samping sistemik dari ipratropium lebih sedikit. Obat ini diberikan dengan aerosol.

MUKOLITIK
            Mukolitik bekerja seperti deterjen dengan mencairkan dan mengencerkan sekret mukosa yang kental  sehingga dapat dikeluarkan. Asetilsistein (Mucomyst) diberikan dengan cara nebulisasi. Obat ini tidak boleh dicampur dengan obat-obatan lain. Pengobatan harus diberikan bersama-sama dengan bronkodilator untuk klien dengan asma atau penyakit saluran pernapasan hiperaktif. Efek sampingnya meliputi mual dan muntah, stomatitis, dan hidung berair.
ANTIMIKROBA
Antibiotik hanya dipakai jika terjadi infeksi akibat tertahannya sekresi mukus.

PROSES KEPERAWATAN COPD DAN ASMA
Pengkajian
·         Dapatkan riwayat medis dan obat dari klien. Jika terdapat gangguan jantung (hipertensi, angina, aritmia jantung), simpatomimetik (adrenergik) biasanya dihindari. Riwayat adanya tukak peptik, penyakit hati, atau penyakit ginjal harus dilaporkan kepada dokter.
·         Dapatkan tanda-tanda vital dasar klien untuk mengidentifikasi adanya kelainan dan perbandingan pada masa mendatang.
·         Kaji terhadap mengi, penurunan bunyi  napas, batuk, dan produksi dahak.
·         Nilai keadaan sensoris untuk mengetahui adanya kebingungan dan kegelisahan akibat hipoksia dan hiperkapnea (meningkatnya CO2).
Perencanaan
·         Klien akan bebas dari mengi dan bidang paru akan bersih dalam 2 sampai 5 hari.
·         Klien memakai obat oral atau inhaler seperti yang diresepkan.
Intervensi Keperawatan
·         Pantau tanda-tanda vital. Tekanan darah dan denyut jantung dapat meningkat dengan tinggi. Periksa adanya aritmia jantung.
·         Sediakan hidrasi yang memadai. Dengan memasukkan cairan yang bertambah akan membantu mengencerkan sekresi bronkus.
·         Pantau terapi obat. Amati adanya efek samping. Periksa kadar teofilin serum dan plasma. Kadar normalnya adalah 10 sampai 20 mikrogram/mL.
·         Sediakan terapi pernapasan dengan menepuk dada dan drainase postural.
Evaluasi
·         Evaluasi efektifitas bronkodilator. Klien dapat bernapas tanpa mengi dan tanpa efek samping.
·         Evaluasi kadar teofilin serum untuk memastikan kadarnya berada dalam batas-batas yang dapat diterima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar