Rabu, 28 November 2012

Tindakan Keperawatan: Pemeriksaan Fisik Telinga


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
     Proses keperawatan adalah struktur bagian dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan oleh perawat untuk mengekspresikan kebutuhan perawatan (human caring). Proses keperawatan digunakan secara terus menerus ketika merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan dengan mempertimbangkan pasien sebagai figur sentral dalam merencanakan asuhan dengan mengobservasi respon pasien. Pada saat pengkajian ini, perawat harus menentukan data apa yang perlu dikaji pada awal pertemuan sebagi dasar sehingga perawat mempunyai gambaran tentang keadaan klien dan masalah yang perlu ditangani saat itu. Proses pengkajian terus dilakukan selama klien dirawat untuk memantau terjadinya perubahan dan adanya informasi baru. Dasar utama dalam melakukan pengkajian adalah data yang akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan.
     Dalam makalah ini difokuskan untuk membahas tentang pengkajian pada Telinga. Pengkajian perawat terhadap rongga telinga menentukan kemampuan klien untuk mendengar. Kondisi rongga timpani juga merupakan indikasi penting tentang kebiasaan higiene klien. Perawat memeriksa rongga telinga terhadap adanya perubahan setempat atau sistemik yang dapat mengganganggu proses pendengaran dan membuat klien cenderung mengalami gangguan kesehatan yang lebih serius.

1.2 Rumusan Masalah
  1. Bagaimana anatomi dan fisilogi rongga telinga?
  2. Bagaimana pengkajian telinga?
  3. Bagaimana diagnosa keperawatan pada gangguan telinga?
  4. Bagaimana pertimbangan pediatrik dan gerontologik yang perlu diperhatikan pada pengkajian rongga telinga?
  5. Bagaimana penyuluhan kesehatan rongga telinga?

1.3 Tujuan
  1. Dapat mengetahui anatomi dan fisiologi telinga.
  2. Dapat memahami apa saja yang harus diperhatikan pada pengkajian telinga.
  3. Dapat memahami diagnosa keperawatan pada gangguan rongga telinga.
  4. Dapat memahami pertimbangan pediatrik dan gerontologi yang perlu diperhatikan pada pengkajian telinga.
  5. Dapat menjelaskan penyuluhan kesehatan telinga pada klien.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga
Organ pendengaran terdiri dari telinga eksternal, tengah, dan dalam. Gelombang suara ditransmisikan melalui liang telinga luar yang menyebabkan membran timpani yang sensitif bergetar dan mengkonduksi gelombang suara melalui tulang-tulang osikel telinga tengah ke organ sensori telinga dalam. Kanalis semisirkularis, vestibula, dan koklea dalam telinga tengah adalah struktur sensori untuk pendengaran dan keseimbangan. Gelombang suara merambat ke dalam impuls-impuls saraf, yang bergerak dari telinga dalam sepanjang saraf kranial kedelapan ke otak.
Mukosa telinga tengah memproduksi sejumlah kecil getah, yang dibersihkan dengan cepat oleh gerak silia dari tuba eustakia, suatu lorong kartilago dan tulang antara nasofaring dan telinga tengah.

2.2 Pengkajian Telinga
i.      Alat Khusus
·      Otoskop
·      Spekulum telinga (pilih yang terbesar yang dapat masuk dengan nyaman)
·      Garpu Tala (256, 512, 1024 Hz)

ii.    Persiapan Klien
Ø Buat klien dewasa duduk selama pemeriksaan.
Ø Jelaskan langkah prosedur, terutama saat otoskop dimasukkan, dan yakinkan klien bahwa secara normal prosedur ini bebas nyeri.

iii.  Riwayat
§  Apakah klien mengalami nyeri telinga, gatal, keluar cairan, tinitus (telinga berdenging), vertigo, atau perubahan pendengaran? Perhatikan timbul dan lamanya serangan.
§  Apabila klien mengalami masalah pendengaran saat ini, perhatikan timbulnya, faktor pemberat, dan efek pada aktivitas sehari-hari.
§  Kaji risiko masalah pendengaran (bervariasi sesuai kelompok usia), meliputi hipoksia saat kelahiran, meningitis, berat lahir kurang dari 1500g, riwayat keluarga kehilangan pendengaran, kelainan kongenital dari tengkorak atau wajah, infeksi intrauterus non-bakterial (rubella dan herpes), dan terpajan terus menerus pada kebisingan tingkat tinggi.
§  Tentukan apakah klien menggunakan alat bantu pendengaran.
§  Apakah klien pernah mengalami pembedahan atau trauma telinga?
§  Tentukan keterpajanan klien terhadap bunyi-bunyi keras saat bekerja dan ketersediaan alat pelindung.
§  Perhatikan perilaku yang menunjukkan kehilangan pendengaran, termasuk kegagalan berespon saat diajak berbicara; pengulangan pertanyaan, “Apa yang telah anda katakan?”; mendekatkan diri untuk mendengar; anak tak menunjukkan perhatian atau menggunakan nada suara monoton atau keras.
§  Tanyakan apakah klien minum aspirin berdosis tinggi atau obat-obatan ototoksik lainnya seperti aminoglikosida, furosemid, streptomicin, dan asam etarkrinik.
§  Tanyakan bagaimana klien secara normal membersihkan telinga.

iv.  Teknik Pengkajian
v Inspeksi Daun Telinga
No.
Pengkajian
Hasil Normal
1.






2.




3.


4.




5.
Inspeksi posisi, warna, ukuran, bentuk, dan simetrisitas daun telinga dan bandingkan dengan hasil normal.
Pastikan untuk memeriksa permukaan lateral dan medial dan jaringan sekitarnya.

Dengan lembut palpasi daun telinga mengenai tekstur, adanya nyeri, pembengkakkan, dan nodul-nodul.


Palpasi prosesus mastoideus mengenai nyeri, pembengkakkan dan nodul.
Apabila telinga tampak inflamasi atau bila klien menderita nyeri, tarik lobul (lobus lunak di dasar daun telinga) dan tekan tragus untuk mendeteksi peningkatan nyeri.
Inspeksi liang pendengaran eksternal dan perhatikan adanya cairan atau bau.
Daun telinga berukuran sebanding dan setingkat satu sama lain dengan titik puncak penempelan pada lipatan luar mata. Posisi daun telinga vertikal terhadapa suatu garis yang ditarik memanjang dari lipat luar (mata) ke titik penempelan.
Daun telinga secara halus, kuat, dapat digerakkan dan tanpa nodul-nodul.
Jika ditekuk ke depan, daun telinga kembali ke posisi normal setelah dilepas.
Mastoid halus, tanpa nodul, dan tidak nyeri.

Penarikan daun telinga secara tidak nyeri. Bila penarikan daun telinga mengakibatkan peningkatan nyeri yang sudah ada, klien mungkin menderita infeksi telinga tengah.
Liang seharusnya tidak bengkak atau tertutup. Serumen seperti getah kekuningan merupakan kejadian umum.

Penyimpangan dari Normal
·         Pasangan telinga berkedudukan rendah dapat menandakan suatu kelainan kongenital.
·         Kemerahan pada daun telinga bisa mengindikasikan inflamasi atau demam. Daun telinga yang pucat dapat menandakan terjadinya radang dingin (frosbite)
·         Nyeri pada telinga luar saat palpasi dapat mengindikasi suatu infeksi telinga luar.
·         Pengeluaran cairan bernanah dan berbau busuk berhubungan dengan otitis media (infeksi telinga tengah) atau adanya benda asing.
·         Bila klien mempunyai riwayat trauma kepala, cairan bercampur darah atau serosa pada liang eksternal mungkin menandakan adanya retak tengkorak.

v Pemeriksaan Otoskopik
No.
Pengkajian
Hasil Normal
1.


2.




3.




4.


5.


6.




7.




8.
9.
Periksa mulut liang terhadap adanya benda asing sebelum memasukkan spekulum.
Minta Klien agar menghindari gerakkan kepala selama pengkajian, untuk menghindari kerusakkan pada liang telinga dan membran timpani.
Pegang otoskop diantara ibu jari dan jari telunjuk, ditopang dengan jari tengah (tangan kanan untuk telinga kanan dan tangan kiri untuk telinga kiri).
Sisi ulnar tangan diletakkan di atas kepala klien untuk menstabilkan otoskop.
Minta klien untuk memiringkan kepala ke arah bahu yang berlawanan.
Luruskan liang telinga pada klien dewasa dan anak dengan menarik daun telinga ke atas dan ke belakang (pada bayi ke bawah dan ke belakang).
Masukkan perlahan spekulum ¼ sampai ½ (1 sampai 1,5cm) ke dalam liang agak ke bawah dan ke depan. Jangan mengorek liang telinga.
Hindari gerakkan tiba-tiba.
Inspeksi liang pendengaran mulai dari meatus sampai ke membran timpani tentang warna, lesi, benda asing, dan serumen atau pengeluaran cairan.
Liang telinga bebas dari lesi, pengeluaran cairan, dan inflamasi.




























Serumen mungkin berwarna kuning, merah, hitam, atau coklat dengan suatu lapisan, seperti getah, konsistensi kental atau encer. Seharusnya terdapat sedikit serumen.
Serumen tidak bau.
Dinding liang telinga berwarna merah muda dan tidak nyeri.
Ketiadaan lesi, pengeluaran cairan, atau benda asing.

No.
Penyimpangan dari Normal
Kewaspadaan Perawat
1.


2.





3.





4.



5.



Inspeksi membran timpani dengan menggerakkan daun telinga untuk melihat keseluruhan gendang dan sisi perifernya. Ini akan membantu untuk membedakan arah cahaya otoskop.






Liang telinga yang kemerahan adalah tanda dari inflamasi.
Cairan bau busuk menandakan infeksi.
Darah mungkin menumpuk di belakang gendang telinga bila tampak tidak berkilat dengan warna kebiruan atau bila kerucut cahaya menyimpang. Membran yang membengkak berwarna merah muda atau merah menandakan adanya inflamasi.
Bila otoskop menyentuh dinding tulang dari liang pendengaran (dua pertiga bagian dalam) klien akan merasa nyeri.
Gendang telinga tidak tembus pandang, berkilat, dan abu-abu kemilau.
Membran timpani bebas dari robekkan atau kerusakan.


Tonjolan tulang malleus dapat terlihat pada pusat gendang telinga di bagian umbo. Cahaya dari otoskop tampak seperti kerucut.
Membran mungkin bergerak saat menelan.
Bila ada benda asing dalam liang telinga, hati-hati agar tidak mendorong benda tersebut masuk lebih jauh ke dalam dengan otoskop. Dengan masuknya benda asing, seorang dokter atau spesialis lain sebaiknya mengeluarkannya.
Bila membran timpani tertutup oleh serumen, irigasi air hangat akan mengeluarkan getah tersebut dengan aman.

v Ketajaman Pendengaran

No.
Pengkajian
Hasil Normal


A.
1.

2.




3.







4.


5.




6.



7.

8.



9.



10.






B.

1.


2.


3.




C.


1.


2.





3.
4.




5.


6.
Tes Penyaringan Sederhana:
Lepaskan alat bantu pendengaran bila klien menggunakan.
Mulailah saat klien berespon terhadap pertanyaan. Seorang klien seharusnya berespon tanpa permintaan berlebihan agar anda mengulang pertanyaan.
Bila diduga terjadi kehilangan pendengaran, periksa respon klien terhadap suara bisikan. Uji satu telinga secara bergiliran saat klien menutupi telinga lainnya dengan jari. Buatlah klien menggerakkan jari ke atas dan ke bawah saat berbisik.
Berdirilah sejauh kurang lebih 1 kaki (30cm) dari telinga yang sedang diuji di sisi samping klien.
Tarik napas penuh dahulu dan bisikan angka-angka acak ke klien, tutupi mulut anda dengan tangan untuk mencegah pembacaan bibir oleh klien.
Minta klien untuk mengulang kata-kata yang terdengar.
Bila perlu, secara bertahap tingkatkan kerasnya bisikan.
Uji telinga satunya dan perhatikan setiap perbedaan.
Untuk menguji pendengaran frekuensi tinggi, sebuah jam berdetak dapat dipegang di dekat telinga sebagai pengganti berbisik.
Penutup telinga dipasang  pada salah satu telinga, seperti yang telah dijelaskan di atas, uji masing-masing telinga secara terpisah.
Pegang jam tangan kira-kira 5 inchi (12,5cm) dari telinga yang diuji dan gerakan jam tersebut maju perlahan ke arah telinga. Minta klien untuk mengatakannya saat detak jam dapat terdengar.

Pengujian Weber untuk ketulian konduksi:
Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari tangan yang berlawanan.
Letakkan tangkai garpu yang bergetar di tengah puncak kepala klien.
Tanyakan pada klien pakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga.

Pengujian Rinne untuk membandingkan konduksi udara dan konduksi tulang:
Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari tangan yang berlawanan.
Sentuhkan tangkai garpu yang bergetar tersebut ke prosesus mastoideus klien. Mulai hitung intervalnya dan minta klien untuk memberitahu anda apabila bunyi sudah tidak terdengar lagi. Perhatikan jumlah detiknya.
Kemudian dengan cepat tempatkan garpu yang masih bergetar itu ½ sampai 1 inchi (1 sampai 2 cm) dekat meatus eksternal salah satu telinga.
Tanyakan klien kapan bunyi tak terdengar lagi, perhatikan jumlah detiknya.
Ulangi pada telinga satunya.



















Klien secara normal dapat mendengar jelas angka-angka yang dibisikkan, berespon dengan benar sedikitnya 50% pada setiap giliran.







Klien secara normal dapat mendengar jam berdetak dari jarak 1 sampai 2 inchi.





Bila klien menghadapi kesulitan pendengaran, uji lebih jauh dengan pengujian garpu tala.



















Pendengaran konduksi udara secara normal terdengar dua kali lebih panjang dari pendengaran konduksi tulang setelah konduksi tulang terhenti (Rinne positif).

No.
Penyimpangan dari Normal
Kewaspadaan Perawat
1.









2.
Tes Weber:
Klien dengan tuli konduksi udara mendengar bunyi garpu tala lebih jelas pada telinga yang sakit karena tulang mengirimkan suara langsung ke telinga.




Tes Rinne:
Klien dengan tuli konduksi udara mendengar garpu tala lebih jelas melalui konduksi tulang (Rinne negatif).

Klien dengan gangguan pendengaran seharusnya dirujuk ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Untuk memperkecil kesulitan komunikasi, berdirilah pada sisi dari telinga klien yang berfungsi lebih baik, bicaralah dengan jelas, dan dalam nada normal, dan hadapi klien sehingga bibir dan wajah anda dapat terlihat.

2.3 Diagnosa Keperawatan
Data-data pengkajian dapat memunculkan karakteristik untuk diagnosa keperawatan berikut ini:
  • Gangguan persepsi/sensori (pendengaran) sehubungan dengan penumpukan serumen, inflamasi liang telinga, atau trauma.
  • Kurang pengetahuan tentang perawatan telinga sehubungan dengan ketidaktepatan informasi.
  • Potensial cedera sehubungan dengan gangguan pendengaran.
  • Nyeri sehubungan dengan inflamasi liang telinga.

2.4 Pertimbangan Pediatrik dan Gerontologi
v Pertimbangan Pediatrik
     Sebelum pemeriksaan otoskopik, pastikan bahwa anak tidak memasukkan benda asing ke dalam telinga. Anak-anak kecil mungkin pelu diikat atau dipegangi oleh orang tua supaya kepala tidak dapat bergerak. Bayi sebaiknya berbaring terlentang dengan kepala menengok ke satu sisi dan lengan terpegang dengan aman di sisi tubuh. Orang tua sebaiknya diajarkan untuk mendidik anaknya agar tidak memasukkan benda asing ke dalam telinga mereka.
v Pertimbangan Gerontologi
     Karena perubahan dari kelenjar sebaseus, gatal-gatal pada liang telinga mungkin menjadi masalah untuk beberapa orang lanjut usia. Penggarukkan atau penggosokkan berlebihan dapat menyebabkan inflamasi sebaiknya dihindari.
     Lobus telinga mungkin memanjang. Membran timpani mungkin menjadi keputihan dan tidak berkilat. Orang lanjut usia seringkali mengalami penurunan kemampuan untuk mendengar suara berfrekuensi tinggi dan bunyi konsonan seperti S, Z, T, dan G.
Selain itu, mereka biasanya mampu mendengar kata-kata yang dibisikkan halus dengan ketepatan 50% dari jarak 1 sampai 2 kaki.
     Orang usia lanjut mampu mendengar jam tangan berdetak, akan tetapi terdapat variasi besar mengenai jauhnya jarak jam tangan yang dipegang dari telinga, hal ini tergantung pada derajat keparahan presbikusis.

2.5 Penyuluhan Klien
·      Instruksikan klien tentang cara yang benar dalam membersihkan telinga luar dengan selembar lap lembut dan untuk menghindari penggunaan pembersih berujung kapas dan objek tajam seperti ujung rambut.
·      Katakan pada klien untuk menghindari pemasukkan benda berujung runcing  ke dalam liang telinga.
·      Anak-anak sebaiknya menjalani pemeriksaan telinga rutin. Klien berusia di atas 65 tahun harus memeriksakan telinganya secara teratur. Jelaskan bahwa penurunan pendengaran adalah bagian normal dari proses penuaan.
·      Instruksikan anggota keluarga klien yang mengalami kehilangan pendengaran untuk berbicara dalam nada rendah normal dantidak berteriak.
·      Instruksikan klien untuk mengambil tindakan pengamanan seperti alarm pembangun tidur dan alarm pencuri, bel pintu, pendeteksi asap, atau telepon yang dihubungkan dengan lampu kilat.
·      Bahaslah penggunaan alat bantu dengar dengan klien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar