BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Proses keperawatan adalah struktur bagian
dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan oleh perawat
untuk mengekspresikan kebutuhan perawatan (human caring). Proses keperawatan
digunakan secara terus menerus ketika merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan dengan mempertimbangkan pasien sebagai figur sentral dalam
merencanakan asuhan dengan mengobservasi respon pasien. Pada saat pengkajian
ini, perawat harus menentukan data apa yang perlu dikaji pada awal pertemuan
sebagi dasar sehingga perawat mempunyai gambaran tentang keadaan klien dan
masalah yang perlu ditangani saat itu. Proses pengkajian terus dilakukan selama
klien dirawat untuk memantau terjadinya perubahan dan adanya informasi baru. Dasar
utama dalam melakukan pengkajian adalah data yang akurat, lengkap, dan sesuai
dengan kenyataan.
Dalam makalah ini difokuskan untuk membahas
tentang pengkajian pada Telinga. Pengkajian perawat terhadap rongga telinga
menentukan kemampuan klien untuk mendengar. Kondisi rongga timpani juga
merupakan indikasi penting tentang kebiasaan higiene klien. Perawat memeriksa
rongga telinga terhadap adanya perubahan setempat atau sistemik yang dapat
mengganganggu proses pendengaran dan membuat klien cenderung mengalami gangguan
kesehatan yang lebih serius.
1.2
Rumusan Masalah
- Bagaimana
anatomi dan fisilogi rongga telinga?
- Bagaimana
pengkajian telinga?
- Bagaimana
diagnosa keperawatan pada gangguan telinga?
- Bagaimana
pertimbangan pediatrik dan gerontologik yang perlu diperhatikan pada
pengkajian rongga telinga?
- Bagaimana
penyuluhan kesehatan rongga telinga?
1.3
Tujuan
- Dapat
mengetahui anatomi dan fisiologi telinga.
- Dapat
memahami apa saja yang harus diperhatikan pada pengkajian telinga.
- Dapat
memahami diagnosa keperawatan pada gangguan rongga telinga.
- Dapat
memahami pertimbangan pediatrik dan gerontologi yang perlu diperhatikan
pada pengkajian telinga.
- Dapat
menjelaskan penyuluhan kesehatan telinga pada klien.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan
Fisiologi Telinga
Organ pendengaran terdiri dari telinga eksternal,
tengah, dan dalam. Gelombang suara ditransmisikan melalui liang telinga luar
yang menyebabkan membran timpani yang sensitif bergetar dan mengkonduksi
gelombang suara melalui tulang-tulang osikel telinga tengah ke organ sensori
telinga dalam. Kanalis semisirkularis, vestibula, dan koklea dalam telinga
tengah adalah struktur sensori untuk pendengaran dan keseimbangan. Gelombang
suara merambat ke dalam impuls-impuls saraf, yang bergerak dari telinga dalam
sepanjang saraf kranial kedelapan ke otak.
Mukosa telinga tengah memproduksi sejumlah kecil
getah, yang dibersihkan dengan cepat oleh gerak silia dari tuba eustakia, suatu
lorong kartilago dan tulang antara nasofaring dan telinga tengah.
2.2 Pengkajian Telinga
i. Alat
Khusus
· Otoskop
· Spekulum
telinga (pilih yang terbesar yang dapat masuk dengan nyaman)
· Garpu
Tala (256, 512, 1024 Hz)
ii. Persiapan
Klien
Ø Buat
klien dewasa duduk selama pemeriksaan.
Ø Jelaskan
langkah prosedur, terutama saat otoskop dimasukkan, dan yakinkan klien bahwa
secara normal prosedur ini bebas nyeri.
iii. Riwayat
§ Apakah
klien mengalami nyeri telinga, gatal, keluar cairan, tinitus (telinga
berdenging), vertigo, atau perubahan pendengaran? Perhatikan timbul dan lamanya
serangan.
§ Apabila
klien mengalami masalah pendengaran saat ini, perhatikan timbulnya, faktor
pemberat, dan efek pada aktivitas sehari-hari.
§ Kaji
risiko masalah pendengaran (bervariasi sesuai kelompok usia), meliputi hipoksia
saat kelahiran, meningitis, berat lahir kurang dari 1500g, riwayat keluarga
kehilangan pendengaran, kelainan kongenital dari tengkorak atau wajah, infeksi
intrauterus non-bakterial (rubella dan herpes), dan terpajan terus menerus pada
kebisingan tingkat tinggi.
§ Tentukan
apakah klien menggunakan alat bantu pendengaran.
§ Apakah
klien pernah mengalami pembedahan atau trauma telinga?
§ Tentukan
keterpajanan klien terhadap bunyi-bunyi keras saat bekerja dan ketersediaan
alat pelindung.
§ Perhatikan
perilaku yang menunjukkan kehilangan pendengaran, termasuk kegagalan berespon
saat diajak berbicara; pengulangan pertanyaan, “Apa yang telah anda katakan?”;
mendekatkan diri untuk mendengar; anak tak menunjukkan perhatian atau
menggunakan nada suara monoton atau keras.
§ Tanyakan
apakah klien minum aspirin berdosis tinggi atau obat-obatan ototoksik lainnya
seperti aminoglikosida, furosemid, streptomicin, dan asam etarkrinik.
§ Tanyakan
bagaimana klien secara normal membersihkan telinga.
iv. Teknik
Pengkajian
v Inspeksi Daun Telinga
No.
|
Pengkajian
|
Hasil Normal
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Inspeksi posisi, warna, ukuran,
bentuk, dan simetrisitas daun telinga dan bandingkan dengan hasil normal.
Pastikan untuk memeriksa permukaan
lateral dan medial dan jaringan sekitarnya.
Dengan lembut palpasi daun telinga
mengenai tekstur, adanya nyeri, pembengkakkan, dan nodul-nodul.
Palpasi prosesus mastoideus mengenai
nyeri, pembengkakkan dan nodul.
Apabila telinga tampak inflamasi atau
bila klien menderita nyeri, tarik lobul (lobus lunak di dasar daun telinga)
dan tekan tragus untuk mendeteksi peningkatan nyeri.
Inspeksi liang pendengaran eksternal
dan perhatikan adanya cairan atau bau.
|
Daun telinga berukuran sebanding dan
setingkat satu sama lain dengan titik puncak penempelan pada lipatan luar
mata. Posisi daun telinga vertikal terhadapa suatu garis yang ditarik memanjang
dari lipat luar (mata) ke titik penempelan.
Daun telinga secara halus, kuat, dapat
digerakkan dan tanpa nodul-nodul.
Jika ditekuk ke depan, daun telinga
kembali ke posisi normal setelah dilepas.
Mastoid halus, tanpa nodul, dan tidak
nyeri.
Penarikan daun telinga secara tidak
nyeri. Bila penarikan daun telinga mengakibatkan peningkatan nyeri yang sudah
ada, klien mungkin menderita infeksi telinga tengah.
Liang seharusnya tidak bengkak atau
tertutup. Serumen seperti getah kekuningan merupakan kejadian umum.
|
Penyimpangan dari Normal
·
Pasangan telinga berkedudukan rendah
dapat menandakan suatu kelainan kongenital.
·
Kemerahan pada daun telinga bisa
mengindikasikan inflamasi atau demam. Daun telinga yang pucat dapat menandakan
terjadinya radang dingin (frosbite)
·
Nyeri pada telinga luar saat palpasi
dapat mengindikasi suatu infeksi telinga luar.
·
Pengeluaran cairan bernanah dan berbau
busuk berhubungan dengan otitis media (infeksi telinga tengah) atau adanya
benda asing.
·
Bila klien mempunyai riwayat trauma kepala,
cairan bercampur darah atau serosa pada liang eksternal mungkin menandakan
adanya retak tengkorak.
v Pemeriksaan Otoskopik
No.
|
Pengkajian
|
Hasil Normal
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Periksa mulut liang terhadap adanya
benda asing sebelum memasukkan spekulum.
Minta Klien agar menghindari gerakkan
kepala selama pengkajian, untuk menghindari kerusakkan pada liang telinga dan
membran timpani.
Pegang otoskop diantara ibu jari dan
jari telunjuk, ditopang dengan jari tengah (tangan kanan untuk telinga kanan
dan tangan kiri untuk telinga kiri).
Sisi ulnar tangan diletakkan di atas
kepala klien untuk menstabilkan otoskop.
Minta klien untuk memiringkan kepala
ke arah bahu yang berlawanan.
Luruskan liang telinga pada klien
dewasa dan anak dengan menarik daun telinga ke atas dan ke belakang (pada
bayi ke bawah dan ke belakang).
Masukkan perlahan spekulum ¼ sampai ½
(1 sampai 1,5cm) ke dalam liang agak ke bawah dan ke depan. Jangan mengorek
liang telinga.
Hindari gerakkan tiba-tiba.
Inspeksi liang pendengaran mulai dari
meatus sampai ke membran timpani tentang warna, lesi, benda asing, dan
serumen atau pengeluaran cairan.
|
Liang telinga bebas dari lesi,
pengeluaran cairan, dan inflamasi.
Serumen mungkin berwarna kuning, merah,
hitam, atau coklat dengan suatu lapisan, seperti getah, konsistensi kental
atau encer. Seharusnya terdapat sedikit serumen.
Serumen tidak bau.
Dinding liang telinga berwarna merah
muda dan tidak nyeri.
Ketiadaan lesi, pengeluaran cairan,
atau benda asing.
|
No.
|
Penyimpangan dari Normal
|
Kewaspadaan Perawat
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Inspeksi membran timpani dengan
menggerakkan daun telinga untuk melihat keseluruhan gendang dan sisi
perifernya. Ini akan membantu untuk membedakan arah cahaya otoskop.
Liang telinga yang kemerahan adalah
tanda dari inflamasi.
Cairan bau busuk menandakan infeksi.
Darah mungkin menumpuk di belakang
gendang telinga bila tampak tidak berkilat dengan warna kebiruan atau bila
kerucut cahaya menyimpang. Membran yang membengkak berwarna merah muda atau
merah menandakan adanya inflamasi.
|
Bila otoskop menyentuh dinding tulang
dari liang pendengaran (dua pertiga bagian dalam) klien akan merasa nyeri.
Gendang telinga tidak tembus pandang,
berkilat, dan abu-abu kemilau.
Membran timpani bebas dari robekkan
atau kerusakan.
Tonjolan tulang malleus dapat terlihat
pada pusat gendang telinga di bagian umbo. Cahaya dari otoskop tampak seperti
kerucut.
Membran mungkin bergerak saat menelan.
Bila ada benda asing dalam liang
telinga, hati-hati agar tidak mendorong benda tersebut masuk lebih jauh ke
dalam dengan otoskop. Dengan masuknya benda asing, seorang dokter atau
spesialis lain sebaiknya mengeluarkannya.
Bila membran timpani tertutup oleh
serumen, irigasi air hangat akan mengeluarkan getah tersebut dengan aman.
|
v Ketajaman Pendengaran
No.
|
Pengkajian
|
Hasil
Normal
|
|||
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
B.
1.
2.
3.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Tes
Penyaringan Sederhana:
Lepaskan alat bantu pendengaran bila
klien menggunakan.
Mulailah saat klien berespon terhadap
pertanyaan. Seorang klien seharusnya berespon tanpa permintaan berlebihan
agar anda mengulang pertanyaan.
Bila diduga terjadi kehilangan
pendengaran, periksa respon klien terhadap suara bisikan. Uji satu telinga
secara bergiliran saat klien menutupi telinga lainnya dengan jari. Buatlah
klien menggerakkan jari ke atas dan ke bawah saat berbisik.
Berdirilah sejauh kurang lebih 1 kaki
(30cm) dari telinga yang sedang diuji di sisi samping klien.
Tarik napas penuh dahulu dan bisikan
angka-angka acak ke klien, tutupi mulut anda dengan tangan untuk mencegah
pembacaan bibir oleh klien.
Minta klien untuk mengulang kata-kata
yang terdengar.
Bila perlu, secara bertahap tingkatkan
kerasnya bisikan.
Uji telinga satunya dan perhatikan
setiap perbedaan.
Untuk menguji pendengaran frekuensi
tinggi, sebuah jam berdetak dapat dipegang di dekat telinga sebagai pengganti
berbisik.
Penutup telinga dipasang pada salah satu telinga, seperti yang telah
dijelaskan di atas, uji masing-masing telinga secara terpisah.
Pegang jam tangan kira-kira 5 inchi
(12,5cm) dari telinga yang diuji dan gerakan jam tersebut maju perlahan ke
arah telinga. Minta klien untuk mengatakannya saat detak jam dapat terdengar.
Pengujian
Weber untuk ketulian konduksi:
Pegang garpu tala pada tangkainya dan
pukulkan ke telapak atau buku jari tangan yang berlawanan.
Letakkan tangkai garpu yang bergetar
di tengah puncak kepala klien.
Tanyakan pada klien pakah bunyi
terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu
telinga.
Pengujian
Rinne untuk membandingkan konduksi udara dan konduksi tulang:
Pegang garpu tala pada tangkainya dan
pukulkan ke telapak atau buku jari tangan yang berlawanan.
Sentuhkan tangkai garpu yang bergetar
tersebut ke prosesus mastoideus klien. Mulai hitung intervalnya dan minta
klien untuk memberitahu anda apabila bunyi sudah tidak terdengar lagi.
Perhatikan jumlah detiknya.
Kemudian dengan cepat tempatkan garpu
yang masih bergetar itu ½ sampai 1 inchi (1 sampai 2 cm) dekat meatus
eksternal salah satu telinga.
Tanyakan klien kapan bunyi tak
terdengar lagi, perhatikan jumlah detiknya.
Ulangi pada telinga satunya.
|
Klien secara normal dapat mendengar
jelas angka-angka yang dibisikkan, berespon dengan benar sedikitnya 50% pada
setiap giliran.
Klien secara normal dapat mendengar
jam berdetak dari jarak 1 sampai 2 inchi.
Bila klien menghadapi kesulitan
pendengaran, uji lebih jauh dengan pengujian garpu tala.
Pendengaran konduksi udara secara
normal terdengar dua kali lebih panjang dari pendengaran konduksi tulang
setelah konduksi tulang terhenti (Rinne positif).
|
|||
No.
|
Penyimpangan dari Normal
|
Kewaspadaan Perawat
|
|||
1.
2.
|
Tes Weber:
Klien dengan tuli konduksi udara
mendengar bunyi garpu tala lebih jelas pada telinga yang sakit karena tulang
mengirimkan suara langsung ke telinga.
Tes Rinne:
Klien dengan tuli konduksi udara
mendengar garpu tala lebih jelas melalui konduksi tulang (Rinne negatif).
|
Klien dengan gangguan pendengaran
seharusnya dirujuk ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Untuk
memperkecil kesulitan komunikasi, berdirilah pada sisi dari telinga klien
yang berfungsi lebih baik, bicaralah dengan jelas, dan dalam nada normal, dan
hadapi klien sehingga bibir dan wajah anda dapat terlihat.
|
|||
2.3 Diagnosa Keperawatan
Data-data pengkajian dapat memunculkan
karakteristik untuk diagnosa keperawatan berikut ini:
- Gangguan
persepsi/sensori (pendengaran) sehubungan dengan penumpukan serumen,
inflamasi liang telinga, atau trauma.
- Kurang
pengetahuan tentang perawatan telinga sehubungan dengan ketidaktepatan
informasi.
- Potensial
cedera sehubungan dengan gangguan pendengaran.
- Nyeri
sehubungan dengan inflamasi liang telinga.
2.4 Pertimbangan Pediatrik dan
Gerontologi
v Pertimbangan
Pediatrik
Sebelum pemeriksaan otoskopik, pastikan
bahwa anak tidak memasukkan benda asing ke dalam telinga. Anak-anak kecil
mungkin pelu diikat atau dipegangi oleh orang tua supaya kepala tidak dapat
bergerak. Bayi sebaiknya berbaring terlentang dengan kepala menengok ke satu
sisi dan lengan terpegang dengan aman di sisi tubuh. Orang tua sebaiknya
diajarkan untuk mendidik anaknya agar tidak memasukkan benda asing ke dalam
telinga mereka.
v Pertimbangan
Gerontologi
Karena perubahan dari kelenjar sebaseus,
gatal-gatal pada liang telinga mungkin menjadi masalah untuk beberapa orang
lanjut usia. Penggarukkan atau penggosokkan berlebihan dapat menyebabkan
inflamasi sebaiknya dihindari.
Lobus telinga mungkin memanjang. Membran
timpani mungkin menjadi keputihan dan tidak berkilat. Orang lanjut usia
seringkali mengalami penurunan kemampuan untuk mendengar suara berfrekuensi
tinggi dan bunyi konsonan seperti S, Z, T, dan G.
Selain
itu, mereka biasanya mampu mendengar kata-kata yang dibisikkan halus dengan
ketepatan 50% dari jarak 1 sampai 2 kaki.
Orang usia lanjut mampu mendengar jam
tangan berdetak, akan tetapi terdapat variasi besar mengenai jauhnya jarak jam
tangan yang dipegang dari telinga, hal ini tergantung pada derajat keparahan
presbikusis.
2.5 Penyuluhan Klien
· Instruksikan
klien tentang cara yang benar dalam membersihkan telinga luar dengan selembar
lap lembut dan untuk menghindari penggunaan pembersih berujung kapas dan objek
tajam seperti ujung rambut.
· Katakan
pada klien untuk menghindari pemasukkan benda berujung runcing ke dalam liang telinga.
· Anak-anak
sebaiknya menjalani pemeriksaan telinga rutin. Klien berusia di atas 65 tahun
harus memeriksakan telinganya secara teratur. Jelaskan bahwa penurunan
pendengaran adalah bagian normal dari proses penuaan.
· Instruksikan
anggota keluarga klien yang mengalami kehilangan pendengaran untuk berbicara
dalam nada rendah normal dantidak berteriak.
· Instruksikan
klien untuk mengambil tindakan pengamanan seperti alarm pembangun tidur dan
alarm pencuri, bel pintu, pendeteksi asap, atau telepon yang dihubungkan dengan
lampu kilat.
· Bahaslah
penggunaan alat bantu dengar dengan klien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar